Yang Langka Yang Dirindukan

Perjalanan Penulis kali ini adalah mencari sesuatu yang bersifat langka, tradisional dan unik tentunya. Penulis berhasil menemukan sebuah kedai yang menjual makanan khas "jadoel" (jaman doeloe). Mengapa disebut jadoel, karena jenis makanan ini telah ada dari sejak dahulu kala. Kondisinya sekarang agak "terpinggirkan" ditengah-tengah gelontoran makanan "moderen" yang tinggi kolesterol dan kadar garam.

Makanan ini berbahan utama tepung beras. Adakalanya dicampur dengan parutan kelapa muda. Cara memasaknya adalah dipanggang (?) atau "digoreng" tanpa minyak di atas anglo yang terbuat dari tanah. Nyaris bebas kolesterol karena tidak menggunakan minyak goreng sama sekali. Ya,... tak salah lagi, makanan ini adalah Kue Serabi (SORABI/SURABI - bahasa sunda).

Penulis mengunjungi salahsatu pedagang kue serabi ini di ujung Jalan Kertabumi sebelah Kantor Pegadaian Karawang, masih di seputaran Aun-Alun Karawang. Penjualnya menyediakan 2 macam kue serabi, Sorabi Gurih Pedas (ditaburi dengan sambal oncom di atas nya), Sorabi Tawar, serta Sorabi Manis (serabi tawar ditambah kuah "kinca", yaitu gula yang dicairkan). Sebetulnya rasa standar dari Sorabi ini adalah tawar. Namun menjadi pedas atau manis manakala telah ditambah oleh "asesoris" yaitu sambal oncom kering dan "kinca".

Harga sepasang (dua buah) Kue Serabi ini adalah Rp. 1000, cukup murah memang. Makanan ini cocok pula jika kita pasangkan dengan gorengan tempe atau oncom yang juga tersedia di warung ini. Tak terasa Penulis pagi itu menghabiskan 2 pasang Sorabi ditambah 3 buah Gorengan Tempe. Cukup untuk mengisi perut sampe kenyang. Sorabi yang nikmat di lidah, suasana yang tenang dan keramahan penjualnya merupakan daya tarik untuk jajan di tempat ini.

Pedagang Kue Serabi ini berjualan sejak selepas Adzan Shubuh, sampai menjelang siang. Karena cukup banyak pembeli ke tempat ini, sempatkan untuk mencoba Kue Serabi dengan datang ke penjualnya tidak melewati dari pukul 7.00wib, biasanya jika terlampau siang sudah tandas diborong pembeli. Waktu itu penulis menyambangi tempat ini agak siang yaitu sekitar pukul 7.00 wib, alhasil hanya tersisa 6 pasang Sorabi di "etalase" kedai ini. Proses pembuatan Sorabi sudah tidak tampak lagi. Akhirnya penulis sempatkan membawa pulang sisa 4 pasang serabi untuk dibungkus dibawa pulang ke rumah ditambah dengan beberapa jenis gorengan.
--------------------
Reportase: Buddy Nugraha
Foto-Foto : Errudi Arrazak

 
Template by : uniQue template  |  Modified by : Rudi "SEMUT"