Ketika Minyak Tanah Semakin Langka

Minyak Tanah, menjadi sebuah barang yang sangat dicari para ibu rumah tangga dewasa ini. Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis ini disamping pemakaiannya mudah (hanya memerlukan alat kompor minyak tanah), juga harganya murah (dibanding dengan BBM jenis lain).

Sejak era keemasan minyak bumi di Indonesia, minyak tanah menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat. Namun pamor itu semakin surut seiring dengan cadangan minyak bumi yang menyusut dan meroketnya harga minyak dunia. Kini, masyarakat semakin sulit memperoleh minyak tanah bersubsidi. Program pemerintah untuk konversi minyak tanah ke gas diupayakan untuk mengatasi kelangkaaan ini dan mencegah membengkaknya subsidi minyak tanah. Namun ada sementara kalangan yang menuding justru program konversi minyak tanah ke gas ini menjadi biang masalah langkanya minyak bumi di pasaran.

Tengoklah ke beberapa tempat, masyarakat mengantri demi memperoleh beberapa liter minyak tanah. Jikapun dapat diperoleh, harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Pada sebagian masyarakat mereka kembali ke penggunaan kayu sebagai bahan bakar. Seperti tampak pada gambar, seorang Bapak sedang memikul ikatan kayu bakar untuk dijual dan bahkan mungkin untuk dipakai sendiri jika kayu-kayu itu tidak laku dijual. Bapak ini berjalan jauh dari tempat memperoleh kayu, untuk kemudian menjajakannya guna memenuhi kebutuhan akan bahan bakar bagi masyarakat.

Ketika Bahan Bakar Minyak semakin langka, masyarakat pun kembali ke ”kemunduran peradaban”, menggunakan kembali kayu bakar sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah pilihan di tengah keterbatasan dana dan daya beli. Akankah keadaan ini terus terjadi,.......?? Perlu pemikiran dan upaya cerdas untuk memecahkan masalah ini.

------------
Reportase : Buddy Nugraha
Foto : Errudi Arrazak

 
Template by : uniQue template  |  Modified by : Rudi "SEMUT"